Sekelopak bunga jatuh.
Bukan dari pohon di musim semi,
tapi dari kotak putih yang utuh.
Terasa angin di siang yang menepi,
saat berduyun-duyun mengangkat tubuh
Teringat jalinan jiwa di bumi
tertinggal, bergandengan tangan rapuh,
menatap tanah yang terhanyut dalam sepi,
saat kuantar ragamu yang tak sepuh
melarut dalam berakhirnya hari.
Matahari pun luruh
Dan kabur dalam air
Dari langit
Dan mataku.
Untuk tanteku, alm. Tince Petrosina Soemoele Tandirerung
0 comments