Kematian, sejak dulu
Ada yang bilang, pintu menuju rumah baru
Ada yang bilang, adalah reinkarnasi tanpa ujung
Ada juga yang bilang kematian itu konsep ilmu-
tak ada siklus, tak ada pintu
Hanya tubuh yang melebur dengan abu
Dan dibuang ke laut
Kematian identik dengan air mata
Entah karena tersesat tanpa dirinya,
atau karena ada kata-kata yang tersisa
yang tertahan; namun tak disampaikan
Karena raga hanyalah raga
Telinga yang tak lagi menerima suara
Bibir yang tak lagi membuka
Ketika rindu tak dapat dienyahkan
Dan penyesalan tak dapat ditepiskan
Ambillah pena, dan tuliskan
Surat untuk mereka yang sudah duluan
Tanyakan kabarnya
Lampiaskan hasratmu yang menggebu
Uraikan takutmu, dan maafmu
Tanyakan lokasi surga itu
Apakah ada?
Apakah ramai?
Atau bisa juga kau
Pertanyakan warisanmu?
Setelah selesai keluh kesahmu
Kuburkan surat itu
Tanamlah di rumahmu
Mungkin organisme dapat meleburnya
Dengan kekasihmu yang pergi
Atau mungkin lebih baik kau doakan saja
Mungkin nanti ada malaikat yang diam-diam membacanya
Dan membisiki kekasihmu itu.
4 comments
Akupun bertanya tentang hal serupa.
ReplyDeleteApakah kita akan ke sana? Duduk seharian? Seminggu? Selamanya?
Ha ha ha ha
Apakah kita akan duduk berdampingan? Ataukah terpisahkan ruang?
DeleteAku hanya berkelakar perihal surga
ReplyDeleteYang nyata bagi yang percaya
Dan yang fana bagi yang tak merasa
Maafkan aku yang tak memahami kelakarmu kemarin, mungkin saat itu raga manusiaku sedang terjebak urusan duniawi yang menyita pikiran :D
Delete